Selasa, 01 Mei 2012

Filosofi sebuah sayuran bernama Pare. Pahit akan berubah menjadi nikmat.


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Islam memang sangatlah lengkap dan sempurna, dan bahkan sayuran Pare, bisa dijadikan sebuah pelajaran hidup bagi kita...

Sebelumnya, ada yang tahu sayuran Pare?? Mungkin beberapa diantara kita sudah sering memakannya. Biasanya sayuran ini diolah dengan cara ditumis ataupun dijadikan menu tambahan dalam siomay. Mungkin bagi para penggemar siomay sudah tak asing lagi dengan sayuran ini.Beberapa hari yang lalu, ibuku membuatkan tumis Pare untuk hidangan makan malam. Seketika setelah aku memakannya, aku langsung berfikir, "Pare ini kan rasanya pahit, tapi setelah diolah/dimasak, Pare yg pahit itu berubah menjadi sangat nikmat." Lalu  apa hikmah yg bisa kita ambil dari sayuran Pare tersebut sahabat??

Pare  merupakan sayuran berwarna Hijau, kulitnya tebal dan bergelombang. Selain itu rasanya juga pahit, mungkin tidak semua orang menyukainya. Tapi itulah yang menarik dari sayuran Pare. Menurutku sayur Pare mempunyai sebuah filosofi layaknya kehidupan. Kulitnya yang tidak rata dan bergelombang, layaknya kehidupan yang tidak selalu mulus seperti yang kita inginkan. Dalam mengarungi samudera kehidupan ini, pastinya ada ujian dan masalah yang datang melanda, dan terkadang semua itu sulit kita lewati. Tapi kita harus yakin, bahwa ketika Allah menguji hambanya, berarti Allah masih sayang terhadap hambanya itu, bahkan syurga ganjarannya apabila kita senantiasa sabar dalam menjalaninya. Begitu juga dengan rasanya yang pahit, Pare tersebut menggambarkan bahwa kehidupan ini tidak selamanya manis, kita pasti akan merasakan yang namanya kepahitan hidup. Kepahitan-kepahitan dalam hidup kita itu yaitu ketika apa yang kita inginkan tidak semua dapat diwujudkan. Namun, sakalipun pahit, Pare tetaplah nikmat. Apalagi diolah dengan baik dan diberikan penyedap rasa. Mantaaaaapp.... Itulah kehidupan, kadang kita mengalami kepahitan dalam hidup ini, namun selama kita mau ikhlas, bersabar dan selalu bersyukur, maka liku liku dan  kepahitan hidup yang kita rasakan akan sirna begitu saja, dan bahkan bisa begitu nikmat, tentunya karena Rahmat dari-Nya.
Mudah mudahan tulisan ini gak ngebosenin ya. Sedikit nih ada tambahan. Waktu itu saya pernah diceritakan oleh seorang murobbi saya. "Suatu ketika, ada seorang pemuda yang sedang galau, banyak masalah dsb. Kemudian ia mendatangi seorang kakek tua. Yang KONON KATANYA kakek itu mampu membantu menyelesaikan masalah. Sesampainya disana, kakek itu berkata, "wahai anak muda, orang yang datang kesini adalah orang yang punya banyak masalah." Lalu kakek itu mengambil segelas air memasukkan sekepal garam kedalam gelas tersebut. Lalu kakek itu berkata, "Minumlah anak muda." Lalu anak muda itu meminumnya tanpa ragu. Kemudian sang kakek kembali bertannya, "Gimana rasanya?" Anak muda itu menjawabnya, "Sangat asin sekali kek." Kemudian sang kakek mengajak anak muda itu ke Kolam miliknya yang terletak di belakan rumahnya. Kemudian sang kakek kembali mengambil sekepal garam. Lalu garam itu dilemparkan ke Kolam yang jernih tersebut. Kemudian, sang kakek mengambil bambu yg panjang untuk mengaduknya. Kemudian sang kakek menyuruh anak muda itu mengambil segelas air dari kolam itu. Lalu kakek itu berkata, "Minumlah anak muda. Lalu apa rasa air itu?" Anak muda itu menjawab, "Air ini sangat segar sekali kek, sungguh lain dari air yang tadi aku minum di rumah kakek."

Lalu sang kakek mengajaknya kambali kerumahnya. Selama berjalan, sang kakek menjelaskan maksud dari air yang diminum anak muda tersebut. Wahai anak muda, "Air yang kamu minum dari 2 tempat yang berbeda tadi sebenarnya memiliki sebuah makna." Anak muda menjawab, "Apa itu kek?" Sang kakek pun menjelaskan, "Air yang pertama kamu minum, segelas air yang kemudian ditaburkan sekepal garam, sungguh asin bukan rasanya? Itu menunjukkan bahwa Masalah yang besar ditempatkan diwadah yang kecil. Lain halnya dengan air yang kedua kamu minum, sekepal garam ditaburkan ke kolam, sungguh tidak terasa asin sedikitpun bukan? Dan bahkan air kolam itu tidak hilang kesegarannya. Itu menggambarkan sebuah masalah yang ditempatkan di  wadah yang besar. Apabila manusia di berikan sebuah masalah, maka hendaklah dimasukkan ke wadah dan kekuatan yang besar, yaitu dengan cara ikhlas, bersabar dan tak henti2nya bersyukur. Insya Allah, itulah kebesaran hati yang akan membuat masalah sirna begitu saja, dan bahkan bisa terasa begitu nikmat. SEKIAN... :)

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh